Minggu, 07 April 2013

Komunikasi Dalam Cinta


Orang selalu bilang dicintai lebih baik dari pada mencintai karena kebahagiaan yang lebih tinggi akan datang ketika kita memiliki orang yang mencintai kita dari pada orang yang kita cintai, persis sama dengan sebuah kata-kata yang sering juga disebut, bahwa menunggu adalah pekerjaan yang membosankan yang artinya “ditunggu lebih baik dari pada menunggu”. Namun yang jelas bahwa antara dicintai dan mencitai adalah dua paduaan bagaikan lempengan logam yang saling berbali arah, tak pernah menyatu dan tak pernah saling bisa merasakan satu sama lain.

Mungkin anda pernah merasakan, mencitai seseorang yang sangat berarti bagi hidup anda, namun orang yang mencintai anda malah biasa-biasa saja, tak terlalu merespon cinta yang begitu besar yang anda berikan kepadanya. Namun ada orang lain yang begitu peduli sama anda, orang yang selalu perhatian, baik, dan selalu mencoba memberikan yang terbaik buat anda, akan tetapi karena anda mengganggapnya hanya biasa saja karena ada orang lain yang begitu anda cinta sehingga tak terlalu memperdulikan dan merespon orang yang begitu perhatian sama anda.

Kalau ditinjau dari komunikasi, ada beberapa hal yang memperngaruhi dari hal tersebut, sebuah nois yang menjadikannya komunikasi cinta segi tiga tak seimbang, jadi ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar mampu memilih pasangan yang bisa membuat anda bahagia, yakni;
1.      Nafsu

“tak ada nafsu maka tak ada cinta” sebuah kata-kata yang sering kita dengar dari orang lain, namun dalam hal ini, yang ingin saya bahas adalah nafsu cinta yang berlebihan, bukan nafsu dalam arti melakukan sesuatu yang sebenarnya belum saatnya dilakukan karena belum menjadi pasangan yang sah (melakukan hubungan seksual). Nafsu yang saya maksud disini adalah cinta yang berlebihan kepada seseorang, dimana orang yang kita cintai tidak terlalu merespon cinta yang kita berikan (biasa-biasa saja).

Jika hal itu yang terjadi pada cinta yang kita miliki maka ujung-ujungnya kita akan merasa sakit hati sendiri, karena akan ada pengganti baru yang akan menggantikan kita sebagai pacarnya, dan hal ini dilihat dari caranya mencintai kita yang biasa-biasa saja. Dalam hal ini, komunikasi yang efektif harus terbangun sebagai pondasi agar hubungan tidak bubar (putus), mengkomunikasikannya adalah salah satu solusi agar perasaan (diduakan) yang kita rasakan tidak menjadi sebuah kenyataan. Sehingga nafsu cinta yang kuat yang kita berikan dibalas dengan nafsu cinta yang kuat juga.

2.      Poligami Cinta

Dalam berpacaran, ada sebuah kata-kata yang menarik yang pernah aku dengar dari seorang wanita “mempoligamikan seorang laki-laki dalam berpacaran sah-sah saja karena kalau sudah menikah wanita tidak bisa menikah dengan dua cowok sekaligus maupun secara sembunyi-sembunyi sedangkan laki-laki boleh” jadi “sudah gak jamannya lagi punya pacar satu”. Dalam hal ini, saya menilai bahwa seorang wanita atau laki-laki begitu menguasai komunikasi dalam menaklukkan hati seorang wanita atau laki-laki, sehingga memiliki pacar lebih dari satu.

Rayuan gombal yang dahsyat, trik-trik komunikasi yang efektif dan trik-trik lain yang betul-betul sudah hafal mati untuk dilakukan, bahkan terkadang harus merelakan uangnya habis untuk mendapatkan cinta seseorang. Dan simbol komunikasi yang paling efektif digunakan dalam menaklukkan cinta seseorang adalah dengan materi (uang).

3.      Cinta Satu Mata (Kaca Mata Kuda)

Cinta satu mata bukan berarti kita menggunakan satu mata untuk melihat cinta, bukan juga karena buta sebelah namun lebih kepada pindirian seseorang terhadap pandangan cinta. Memandang cinta adalah segalanya, dan hidup dengan orang yang dicintai adalah kebahagiaan terbesar, sehingga apapun yang terjadi orang yang dicintai harus menjadi milik seutuhnya. Rela mengorbankan apapun dan menggunakan berbagai macam cara untuk mempertahankan hubungan.

Ada nilai negatif yang harus diperhatikan dari cinta satu mata, yakni terlalu mencintai namun tidak menyadari bahwa orang yang dicintai tidak merespon cinta yang diberikan, hanya sekedar memanfaatkan keadaan yang menguntungkan “manis didepan pahit dibelakang”. Namun segi positif dari cinta satu mata adalah tidak mempermainkan cinta, yang artinya sama-sama memandang bahwa cinta adalah segalanya, sebuah anugrah dari Tuhan yang tidak boleh dipermainkan maupun dibuat-buat.

4.      Hubungan Sementara

Hubungan sementara biasa terjadi pada waktu ABG, dimana baru-baru mengenal cinta alias cinta monyet. Tak bisa disalahkan dan tak bisa dibenarkan karena cinta tak bisa ditebak dan merupakan sebuah rahasia perjalanan hidup manusia dalam menemukan kebahagiaan abadi. Karena dalam cinta sejati “cinta yang duluan keluar ketimbang nafsu” padahal banyak orang yang megatakan bahwa “cinta itu adalah nafsu dan nafsu itu adalah cinta” atau “tak ada nafsu maka tak ada cinta karena cinta bagian dari nafsu”.

5.      Mengatasnamakan Cinta Demi Nafsu

Bagaimana sih yang namanya mengatasnamakan cinta demi nafsu. Contoh; beberapa bulan yang lalu ada seorang cewek yang melaporkan pemerkosaan berame-rame terhadap dirinya, kejadian berawal perkenalan lewat FB yang berujung pada rasa cinta yang tumbuh dan pada akhirnya pertemuan dan disaat mereka bertemu, gadis tersebut diperkosa berame-rame. Bukan hanya itu saja, begitu banyak kejadian yang tersebar di youtube tentang sebuah cinta yang berjalan diatas nafsu.

Contoh ini menggambarkan bahwa begitu mudahnya wanita atau laki-laki takluk dengan nafsu dan atas nama cinta. Padahal berjuta wanita dan laki-laki mengatakan bahwa cinta adalah anugrah dari Yang Maha Kuasa.

Bersambung ke “Kajian Komunikasi Cinta Sejati”

Jumat, 05 April 2013

Komunikasi Orang Tua Dengan Anak



Salah satu sifat manusia yang tak bisa dipungkiri adalah keinginan yang tak pernah puas (berubah-ubah) baik ditinjau dari ekonomi, hubungan seks, maupun kebutuhan-kebutuhan hidup yang lainnya. Berdasarkan hal tersebut menjadikan manusia selalu beruha mendapatkan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan bahkan dengan menggunkan segala cara agar keinginan tersebut dapat tercapai dengan baik walau tidak maksimal.


Secara mendasar kebutuhan hidup itulah yang membuat manusia berubah-ubah, terkadang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain demi memenuhi kebutuhan hidup secara normal, yang dimana hal ini diartikan sebagai transmigrasi, baik melalui pemerintah maupun keinginan pribadi untuk menemukan hidup yang lebih baik. Pemenuhan kebutuhan hidup, baik makanan maupun kebutuhan yang lainnya, tentu saja tidak mudah dilakukan seperti membalikkan telapak tangan namun membutuhkan perjuangan yang keras bahkan harus banting tulang dari pagi ke pagi lagi.

Menikah bukan hanya sekedar melarikan anak gadis orang (tradisi lombok) atau melamar (tradisi jawa) namun memiliki pengertian luas, baik itu secara sederhana maupun secara luas. Menikah adalah bersatunya dua insan dalam ikatan suci atau menikah adalah mempertemukan dua buah keluarga dalam ikatan yang sama sehingga memiliki ikatan keluarga baru dalam kehidupan yakni keluarga perempuan dan keluarga laki-laki, sehingga tali silaturrahmi akan semakin meluas.

Komunikasi antara orang tua dengan anak harus dibangun secara harmonis untuk menanamkan pendidikan yang baik pada anak. Buruknya kualitas komunikasi orang tua dengan anak berdampak buruk bagi keutuhan dan keharmonisan keluarga. Seperti contoh, faktor penyebab anak kecanduan rokok sehingga mengakibatkan menjadi perokok aktif yang merupakan akibat dari buruknya komunikasi interpersonal yang terjalin dalam keluarga.

Bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto (dalam Prasetyo, 2000), salah satunya adalah komunikasi orang tua dengan anak. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat.

Keluarga adalah sebagai suatu sistem yang terdiri atas individu-individu yang berinteraksi dan saling bersosialisasi dan mengatur. Keluarga merupakan tempat dimana sebagian besar dari kita mempelajari komunikasi. Definisi ini menekankan hubungan-hubungan interpersonal yang saling terkait antara para anggota keluarga, walau hanya berdasarkan pada ikatan darah atau kontrak-kontrak yang sah sebagai dasar bagi sebuah keluarga (Brommel, 1986).

Komunikasi yang berorientasi konsep adalah komunikasi yang mendorong anak-anak untuk mengembangkan pandangan dan mempertimbangkan masalah. Komunikasi yang berorientasi konsep lebih memperhatikan aspek fungsi dan mendorong anak menimbang semua alternatif sebelum mengambilan keputusan serta membiarkan anak berada dalam kontroversi dengan mendiskusikan permasalahan secara terbuka. Dimensi konsep ini mencerninkan diskusi terbuka dari permasalahan-permasalahan dan mempertanyakan pendapat orang lain. Dalam komposisi tinggi rendahnya kedua orientasi tersebut, baik sosial maupun konsep, maka melahirkan empat tipe pola komunikasi keluarga sebagai berikut;

Komunikasi keluarga dengan pola laissez-faire, ditandai dengan rendahnya komunikasi yang berorientasi konsep, artinya anak tidak diarahkan untuk mengembangkan diri secara mandiri, dan juga rendah dalam komunikasi yang berorientasi sosial. Artinya anak tidak membina keharmonisan hubungan dalam bentuk interaksi dengan orang tua. Anak maupun orang tua kurang atau tidak memahami obyek komunikasi, sehingga dapat menimbulkan komunikasi yang salah.

Komunikasi keluarga dengan pola protektif, ditandai dengan rendahnya komunikasi dalam orientasi konsep, tetapi tinggi komunikasinya dalam orientasi sosial. Kepatuhan dan keselarasan sangat dipentingkan. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang menggunakan pola protektif dalam berkomunikasi mudah dibujuk, karena mereka tidak belajar bagaimana membela atau mempertahankan pendapat sendiri.

Komunikasi keluarga dengan pola pluralistik merupakan bentuk komunikasi keluarga yang menjalankan model komunikasi yang terbuka dalam membahas ide-ide dengan semua anggota keluarga, menghormati minat anggota lain dan saling mendukung.

Komunikasi keluarga dengan pola konsensual, ditandai dengan adanya musyawarah mufakat. Bentuk komunikasi keluarga ini menekankan komunikasi berorientasi sosial maupun yang berorientasi konsep. Pola ini mendorong dan memberikan kesempatan untuk tiap anggota keluarga mengemukakan ide dari berbagai sudut pandang, tanpa mengganggu struktur kekuatan keluarga.

Dari uraian tersebut diatas yang dimaksud pola komunikasi dalam penelitian ini adalah pola komunikasi yang sering dipakai terhadap penerapan fungsi sosialisasi keluarga dalam memperhatikan tumbuh kembang anak, yang meliputi, pola laissez faire, pola protektif, pola pluralistik dan pola konsensual. 

Salah satu contoh dari isu terbaru dimana diskomunikasi antara anak dengan orang tua “seorang anak kandung menuntut ibunya ke meja hijau” manisa adalah salah satu anak kandung dari ibu artija yang sudah berkeluarga, perkara dimulai ketika manisa melaporkan kakak kandungnya ismail dan keponakan syafi’I (anak ismail) kepada pihak kepolisian sektor sumbesari, jember, yang pada akhirnya pihak kepolisian menetapkan ismail, safi’I dan ibu artija (ibu kandung ismail) sebagai tesangka namun ketiganya tidak di tahan.


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons